Selasa, 12 Juli 2011

Apatisme Mahasiswa dan Hubunganya dengan Materialisme Kebendaan

Hedonisme adalah suatu paham atau aliran yang orientasinya pada kesenangan, berfoya-foya, serta duniwi.

Apatisme adalah suatu sikap yang acuh tak acuk (tidak ambil peduli) terhadap lingkungan, kebiakan, bangsa, diri sendiri dan sebagainya. Apatisme biasa muncul untuk merefleksikan sikap yang acuh tidak acuh dan ketidakpedulian terhadap suatu permasalahan atau keadaan yang terjadi.

Pragmatisme adalah paham yang orientasinya pada hasil ahir. Artinya tidak ada pertimbangan atas langkah-langkah (system) yang dilakukannya, apakah bersifat menekan ataupun menindas, tetapi yang terpenting bagi mereka adalah hasil akhir yang mampu membuat mereka senang.

Pragmatisme merupakan kepercayaan bahwa kebenaran atau nilai suatu ajaran (paham, doktrin, gagasan, pernyataan,dsb) bergantung pada penerapannya bagi kepentingan manusia dan seringkali mampu memberikan penjelasan yang berguna terhadap suatu permasalahan dengan melihat sebab akibat berdasarkan kenyataan untuk tujuan praktis.

Pragmatisme dan apatisme sudah mulai banyak menghinggapi sikap dan tindakan kaum-kaum muda intelektual bangsa dalam menilai suatu permasalahan baik yang terjadi di dalam ruang lingkup terdekat mereka di dalam dunia pendidikan seperti kampus, ataupun dalam menanggapi berbagai persoalan yang bersifat lebih luas dari cakupan regional mereka sendiri.

Paham-paham tersebut merupakan turunan dari paham Materialisme yang memiliki pemahaman bahwa tidak ada alam lain selain alam Materi. Dengan kata lain materi adalah segalanya, sehingga menimbulkan pemikiran secara tidak sadar bahwa materi haruslah didapat dengan jalan apapun.

Paham material ini mewabah dan menjangkiti kaum muda intelektual, namun kaum muda tersebut banyak yang tidak sadar bahwa mereka telah terjangkiti.

Siapa kaum muda yang terjangkiti jika dilihat dari tinjauan fungsinya?

Mahasiswa bisa dikategorikan kaum muda intelektual, akademis, beralmamater perguruan tinggi, dan harus menjunjung tinggi tri darma mahasiswa:

· agent of change

· agent of science

· agent of society

Seorang mahasiswa dituntut harus mampu dalam mengemban ketiga poin di atas.

Nah, kaum inilah yang sedang mengalami perubahan mendasar, kaum muda yang disebut mahasisswa ini sedang mengalami gejolak dimana nilai-nilainya sudah berubah. Mahasiswa sekarang cenderung mengarah kepaham materialisme dan apatisme, entah mereka sadar atau tidak terhadap tindakan mereka tersebut namun dalam bahasa saya, mahasiswa yang bersifat seperti ini hanya siswa-siswa yang diberikan almamater dan duduk diperguruan tinggi.

Faktor mendunianya paham-paham di atas pada kalangan Mahasiswa

· Arus teknologi yang tanpa batas

· Arus informasi yang men”dewa”kan kebebasan berekspresi

· Globalisasi, dan tersedianya banyak layanan untuk menerima unsur-unsur globalisasi;

· Westernisasi

· Menyukai produk Instan

· Gaya hidup Konsumtif

Kampus, identik dengan kehidupan akademik. Kehidupan mahasiswa yang beragam dan unik, serta dalam setiap langkahnya pasti membawa cerita yang berbeda. Ada beragam sisi yang bisa kita lihat, sisi yang mampu membawa setiap insan mahasiswa yang terlibat di dalamnya untuk bercengkrama, berdiskusi, berpolitik kampus, ataupun hanya sekedar datang dan pulang tanpa membawa kesan.

Setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh kampus, seringkali dijadikan sebagai ajang perdebatan mengenai seberapa besar kepentingan mahasiswa terpenuhi dan seberapa tersalurkannya aspirasi mereka atas kebijakan itu sendiri.

Secara historis globalisasi berarti meluasnya pengaruh suatu kebudayaan atau agama ke seluruh penjuru dunia. Namun pengertian sekarang sedikit bergeser sehingga sesuatu yang telah mendunia bisa dikatakan globalisasi, hal ini dikarenakan keterbukaan informasi dan tekhnologi serta akses bebas.


Pragmatisme dan Apatisme Kaum Muda Intelektual

Beberapa contoh nyata pragmatisme dikalangan mahasiswa antara lain:

· Aksi bayaran dari seesorang.

· Jarang melakukan aksi dalam bentuk nyata

· Demonstrasi mahasiswa banyak yang menunggangi

· Tidak aktifnya mahasiswa dalam kajian ilmiah

· Jarang mengikuti diskusi-diskusi

· Tidak peka terhadap isu nasional

· Tidak cepat tanggap terhadap situasi masyarakat sekitar

· Cenderung berfikir bahwa belajar di kampus, mendapat indeks prestasi yang tinggi, cepat lulus, sehingga dapat secepatnya merasakan dunia kerja

· Mahasiswa lebih senang menikmati pesta

· enggan untuk mendengarkan atau mungkin mengkritik perpolitikan di negerinya


Dampak Sikap Pragmatisme dan Apatisme yang Mengakar

Penyadaran untuk kembali mengkondusifkan suasana berpikir kritis dan berani bertindak membutuhkan waktu tidak sebentar, namun usaha – usaha menghidupkan kembali melalui diskusi – diskusi kecil yang bisa menjadi bola salju yang besar masih terus berjalan dengan masih hidupnya organisasi pro demokrasi yang pernah jaya pada jamannya. Selain itu pola pikir yang tumbuh dalam jiwa – jiwa muda yang progresif harus bisa menggugah sebagian mahasisiwa lainnya untuk sama – sama bergerak membangun bangsa dengan kemampuan berkarya masing – masing.

Keadaan juga diperparah dengan adanya berbagai kelompok ‘mahasiswa’ yang menjajakan idealismenya untuk kepentingan-kepentingan politik praktis maupun kepada kepentingan borjuis tertentu demi keuntungan pragmatis yang hal ini tentunya memandulkan independensi mahasiswa.

Dunia mahasiswa memang menjadi komunitas yang unik didalam catatan sjarah perubahan, dimana mahasiswa menjadi tombak perubahan, mahasiswa juga terkenal dengan jiwa patriotnya serta pengorbanan tanpa pamrih, dan juga kita tahu bahwa gerakan mahasiswa mampu merobohkan otoritas, ketidakadilan, kebohongan, penindasan dan lain sebagainya. Ini semua terjadi karena mahasiswa mengemban tugas sebagai agent of change and agent of control.

· Hilangnya kritis di mahasiswa

· Tidak adanya calon-calon penerus bangsa yang mewarisi kepemimpinan yang sejati demi bangsa.

· Mahasiswa tidak lebih dari siswa yang beralmamater

· Hilangnya jiwa patriot dan idealisme mahasiswa

· Mahasiswa tidak lagi menjadi motor penyeimbang pemerintah

· Tidak terpenuhinya tridarma mahasiswa

· Hilangnya harapan bangsa

· Bangsa akan semakin tertinggal dari berbagai segi

Yang harus dilakukan

· Menghidupkan kelompok-kelompok diskusi

· Menyaruakan aspirasi rakyat tanpa tunggangan

· Membuat kajian-kajian ilmiah

· Rajin mengajak mahasiswa lain untuk ikut forum-forum diskusi

· Mahasiswa harus berorganisasi

· Dan lainnya mari kita diskusikan unsur solutif lainnya

Tinjauan Kasus di IISIP

Di IISIP sendiri ada beberapa contoh mahassiwa gejala apatisme dan pragmatisme mahasiswa antara lain:

· Demonstrasi yang ditunggangi

· Sedikitnya minat mahasiswa yang ikut diskusi

· Tidak terbentuknya BPM dan BEM sampai saat ini karena keengganan mahasiswa yang tidak mau tau tentang politik kampus.

· Banyaknya acara dugem yang diselenggarakan mahasiswa

HIMA/ UKM cenderung menginginkan terbentuknya BPM dan BEM dikarenakan kondisi finansial, bukan dari segi fungsi utamanya unsur organisasi mahasiswa tertinggi dikampus

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More