Selasa, 12 Juli 2011

Menyikapi Konfrontasi Indonesia-Malaysia

Harga diri bangsa tersinggung, amarah pun tersulut, keadaan memanas, dan apa yang akan terjadi?

Diplomasi sudah dilakukan, namun belum menampakkan hasil yang berarti.

Peristiwa penangkapan petugas kelautan Indonesia oleh tentara diraja Malaysia di kepulauan Bintan Agustus kemarin, membuat bangsa ini marah. Betapa tidak, perlakuan tersebut telah mengganggu hubungan bilateral kedua Negara dan melanggar hukum Internasional karena peristiwa tersebut terjadi diwilyah Indonesia.

Kekecewaan mendalam layak kita alamatkan untuk Negara tetangga tersebut. Bagaimanapun, semua hal yang terjadi dalam negeri ini, maka Indonesia sendirilah yang memiliki hak atas itu, bukan bangsa lain. Tidak ada hak Negara manapun, termasuk Malaysia melanggar batas teritori Indonesia, terlebih lagi menangkap orang Indonesia di perairan Indonesia sendiri. Sungguh memalukan dan tidak mengerti aturan Internasional, serta tidak memiliki tata kesopanan.

Indonesia memanglah bangsa yang sabar, sehingga mungkin sudah terlalu lelah mengahadapi berbagai tingkah bangsa Malaysia yang sering kali membuat hati dan kepala menjadi panas. Mungkin kemmarahan bangsa ini sudah memuncak dan sampai di ubun-ubun bak lahar gunung merapi yang hendak keluar dari kawahnya. Akumulasi dari berbagai sikap Malaysia yang terkesan merendahkan martabat negeri ini menciptakan berbagai gerakan panas di grass-root bangsa. Beragam aksi demonstrasi terjadi, bahkan demonstrasi yang tidak sopan pun terjadi.

Lantas, pihak Malaysia malah menyulut api peperangan. Pihak negeri jiran itu membuat pernyataan agar pemerintah Indonesia menindak orang-orang yang melakukan aksi pembakaran bendera Malaysia. Sebenarnya pihak Malaysia tidak sadar sedang memicu bom yang sewaktu-waktu bisa meledak hebat.

Inti masalahnya adalah sikap Malaysia yang dinilai arogan dan sudah melanggar hokum Internasional. Lantas permasalahan demonstrasi yang membakar bendera Malaysia, itu hanya efek turunanan atas sikap Malaysia tersebut di Negara demokrasi, bahkan jika tidak segera Malaysia membuat sikap yang melunakkan hati bangsa Indonesia, maka suasana panas seperti ini pasti akan terus berlangsung. Harus ada dialog intens antara pemerintah Indonesia dengan Malaysia mengenai permaslahan ini. Jangan sampai ada pengalihan topic masalah hingga nantinya Indonesia jugalah yang tersudut karena tuntutan-tuntutan Malaysia.

Jangan malah akar masalah tentang petugas kelautan Indonesia yang ditangkap di perairan negeri sendiri berubah dan bergeser menjadi masalah pelemparan kotoran dan pembakaran bendera Malaysia kemarin. Harus dipahami bahwa konteks masalahnya adalah sikap dan tata kesopanan Malaysia yang harus diluruskan agar menghormati kehidupan bertetangga, apalagi dengan Negara serumpun, rumpun Melayu.

Lebih jauh, Indonesia harus jeli melihat bahwa kejadian ini adalah efek dari tidak jelasnya batas-batas Negara Indonesia, sehingga bangsa lain bebas berbuat dan keluar masuk territorial kita. Penjagaan dan pembekuan hak kepemilikan atas pulau-pulau terluar Indonesia harus lebih diperjelas agar Negara kita memang jelas adalah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Terkait masalah pidato Presiden SBY yang dinilai kurang mewakili perasaan dan emosi rakyat Indonesia, maka selaiknya kita mengambil langkah bijak. Tidak elok memang kalau persoalan ini dibawa ke arah bentrok fisik karena akan menimbulkan kerugian yang banyak. Namun langkah tegas dengan diplomasi dan dialog tentang tapal batas dan sikap Malaysia cukup menunjukkan mentalitas bangsa yang masih terjaga. Kebulatan tekad untuk segera bertindak tegas mengenai tapal batas dan pelanggar wilayah territorial harus kontiniti dan istiqomah. Namun suasana panas di barisan bawah tetap harus dijaga dan dipelihara sebagai wujud eksistensi ketersinggungan masyarakat Indonesia atas tindakan Malaysia. Tindakan menjaga suasana panas di hati masyarakat ini, supaya Malaysia sadar bahwa bangsa Indonesia bukanlah bangsa yang mudah diinjak-injak dan diremehkan. Sekali insrtruksi “perang” keluar dari mulut presiden, maka bisa dipastikan lahar kemarahan ini akan berubah menjadi suatu energi tak terbatas yang siap meluluhlantahkan Malaysia.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More