Selasa, 12 Juli 2011

SBY Tak Tegas Sikapi Konfrontasi dengan Maaysia

Peristiwa konflik RI-Malaysia ini menimbulkan berbagai gejolak di negeri ini. Mulai dari demonstrasi dengan tipe soft, sampai tipe hard pun terjadi. Konflik ini pula berefek kejadian bentrokan aparat dengan demonstran, kecaman untuk presiden SBY, dan beragam perang statement di dunia Maya antara orang Indonesia dengan Malaysia.

Caci-maki warga Indonesia dengan Malaysia di dunia maya seakan mengisyaratkan bahwa situasi memang genting untuk membuat suatu kesepakatan dan perundingan. Lantas, SBY berpidato di markas militer mengenai memanasnya hubungan bilateral ini. Namun ternyata mengecewakan. SBY tidak bisa menggebu-gebu seperti Sukarno, makanya jangan lantas kita terbuai keganasan Sukarno sebagai induknya Macan Asia dulu ketika menyuarakan ganyang Malaysia.

Pidato SBY tersebut memang dirasa bertentangan dengan mayoritas perasaan dan emosi dari rakyat. Belum terlalu terasa ketegasan SBY dalam menyatakan sikap terhadap hubungan yang kian memanas ini. Ketidaktegasan inilah yang membuat rakyat semakin geram dan menilai pidato SBY akan membuat citra Indonesia di mata Malaysia semakin tidak bermartabat. Anggapan ini tidak salah memang, bahkan Malaysia juga bergolak atas aksi pembakaran benderanya oleh aktivis Bendera di Jakarta. Ini menandakan protes dan surat presiden tidak membuat Malaysia malu dengan apa yang telah dilakukannya.

Surat SBY pun kelihatan tidak ditanggapi serius oleh Malaysia. Bahkan, pernyataan keras PM Malaysia yang ditujukan kepada Indonesia, membuat hawa di sini terasa seperti terbakar api genderang perang. Banyak yang beranggapan SBY tidak tegas dan kurang bisa melakukan diplomasi serta dinilai kurang bisa mengambil langkah-langkah efektif untuk memadamkan api nasionalis rakyat Indonesia. Harus ada yang mendamaikan hati rakyat yang luka.

Lantas anggapan kegagalan SBY mengadakan diplomasi, apakah akan dijadikan alat politik bagi lawan-lawannya?

Tidak ada kata berpihak pada satu pihakpun, yang ada hanyalah berusaha berpandangan objektif terhadap setiap kejadian. Negara ini katanya menganut demokrasi, dan tentunya unsur politik kekuasaan di sini sangat kental terasa. SBY tentu punya lawan politik, ini adalah konsekuensi dari didirikannya Negara dengan basis politik demokrasi, terlebih Indonesia dengan multipartainya. Sudah tentu lawan politik SBY banyak, dan tentunya banyak yang tidak mendukung SBY dalam menjalankan pemerintahan. Saya termasuk di dalamnya, bukan pendukung SBY, namun saya punya alasan khusus untuk itu.

Masuk dalam bidang politik, pertikaian RI-Malaysia kali ini, ditambah dengan pidato SBY yang kurang tegas menyatakan sikap ketidaksukaan terhadap Malaysia menjadi makanan empuk bagi lawan politiknya. Politik pencitraan yang selalu menjadi andalan SBY sekarang dipakai lawan-lawan politiknya untuk menjatuhkan citra SBY dengan isu, SBY bukanlah pemimpin yang tegas.

Saya setuju dengan itu, konsep ketegasan SBY mungkin sangat berbeda dengan harapan kita sebagai rakyat yang mengharapkan pernyataan sikap tegas bahwa Indonesia tidak suka atas kelakuan Malaysia, namun pernyataan SBY yang penuh isyarat dan lebih banyak menggunakan bahasa implisit mengecewakan rakyat. Rakyat pun tentu mengerti akibat perang, kalau sampai hal itu terjadi, maka kehancuran dan kerugianlah yang akan didapat. Tapi bukan berarti kita tinggal diam, kecaman keras harus dilakukan baik berupa surat peringatan keras ataupun mengumumkan secara jelas dan terbuka bahwa Malaysia harus meminta maaf atas kelakuannya yang tidak sopan dan menyatakan bahwa Indonesia tidak suka tehadap Malaysia yang cenderung menganggap bangsa ini adalah bangsa pembantu “indon”.

Ketegasan SBY yang lembut membuai lawan politiknya. Media massa pun menjadi incaran alat komunikasi yang efektif untuk menggerakkan grass-roots di bawah. Propaganda tokoh-tokoh politik nasional di media massa justru cenderung memprovokasi warga masyarakat sendiri untuk bersikap menyalahkan SBY karena citra “tidak tegas” yang terus dibangun dan disyiarkan lewat media massa. Mungkin ini konsekuensi politis dari demokrasi. Ada yang menang dan ada yang kalah, pihak yang kalah bukannya mendukung, malah berusaha selalu mencari kesalahan pihak yang menang untuk dijatuhkan citranya.

Sekarang citra SBY yang tidak tegas dikuatkan melalui pemberitaan dan dialog-dialog mengenai bahasan RI-Malaysia diberbagai televisi. Adu debat pendapat, dan prokontra tentang peristiwa ini. Menjadi tontonan, dan bahkan ada juga yang bahasannya sengaja mengenai sikap presiden yang dinilai kurang tegas. Kita patut untuk bertanya, sikap pro kontra terhadap sikap presiden ini, layakkah kita perdebatkan dan kita bahas sekarang. Haruskah disaat bangsa ini dilecehkan martabatnya, kita malah sibuk saling menyalahkan sikap antar sesama kita sendiri?

Tidak seharusnya kita menyalahkan presiden yang seperti itu. Biarlah presiden sendiri yang mengoreksi tindakannya, dan jangan sampai isu ini dibalikkan dan diputarkan oleh segelintir orang yang merasa diuntungkan dengan pidato SBY tersebut. Melihat reaksi rakyat yang kecewa dengan pidato dan sikap presidennya, maka janganlah masyarakat terpengaruh atau terprovokasi oleh hal-hal seperti ini. Jangan sampai hal-hal fundamental seperti martabat bangsa dikalahkan dengan isu politis semacam ini. Tindakan ini menurut saya kental aroma politis yang bertujuan menjatuhkan citra SBY.

Menurut saya, kita layak kecewa dengan pidato presiden yang memang saya nilaipun kurang greget dalam menghantam Malaysia, tapi kita harus ingat bahwa itu adalah efek dari peristiwa konflik ini, jadi jangan terbuai. Biarlah SBY sadar bahwa rakyat tidak suka dan kecewa terhadapnya, dan semoga beliau berubah, mungkin inilah permintaan idealnya.

Tindakan yang harus dilakukan sekarang adalah bagaimana menjaga emosi rakyat tetap panas, namun tidak meluap, sehingga Malaysia dan pemerintah sesegera mungkin melakukan perundingan dengan Malaysia mengenai inti pokok masalah yang terjadi yaitu penangkapan petugas KKP oleh tentara Diraja Malaysia. Rakyat jangan mau dipolitisasi dan harus fokus pada masalah utama.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More