Wahib dan Pemerkosaan Al-Qur’an

Himpunan Mahasiswa Islam telah berusia setengah abad lebih, namun ada seorang tokoh HMI yang cukup berperan dalam organisasi tapi sedikit terlupakan, dia adalah Ahmad Wahib. Tokoh ini hidup di era 60’. Dia meninggal dalam usia yang sangat muda karena masih menyandang status mahasiswa. Ahmad Wahib meninggal ditabrak sepeda motor di depan kantor Tempo tempatnya bekerja.

Siapakan Ahmad Wahib? Dan apa kontribusinya sehingga dianggap tokoh nan terlupakan?

Wahib, begitu panggilan akrabnya dikalangan teman-teman, memegang peranan penting dalam hal pengembangan pola fikir dan arah pemikiran HMI. Wahib terlibat dan eksis dalam lingkar diskusi limites group yang berisikan petinggi-petinggi HMI, pada saat itu sering membuat pernyataan dan pertanyaan yang menggoda selera berfikir aktivis HMI di zaman itu.

Diantara kekayaan pola fikir Wahib, seperti interpretasi menyangkut Al-Quran dan Hadist. Wahib menentang pola fikir masyarakat dahulu yang cenderung kurang memperhatikan asbabunnuzul atau semangat zaman turunnya ayat. Wahib berkata ”aku benci pemerkosaan ayat-ayat Al-Qur’an dan lafal-lafal Hadist dalam hal penafsiran.”

Begitu kerasnya pemikiran Wahib sampai dia berkata “biarkan aku jalan dengan jalanku sendiri.” Sangat menggoda, dia juga menyatakan, “seandainya nabi Muhammad datang lagi di dunia sekarang, menyaksikan bagian-bagian yang moderen, saya berkepastian bahwa banyak di antara hadist-hadist nabi yang sekarang ini umumnya difahami secara telanjang oleh pengikut-pengikutnya, akan dicabut oleh nabi dari peredaran dan diganti dengan hadist-hadist yang baru.

Memang ketidaksukaan dan perbedaan Wahib menjadi warna sendiri dalam tubuh HMI, dan menular sampai sekarang, kader-kader HMI sudah berfikir terbuka dan inklusif dalam memandang suatu hal.

Sayang nama Wahib habis dan terlupakan oleh masa, dan seandainya dia masih hidup, maka bisa jadi dia bersanding dengan Nurcholis Madjid sebagai salah satu tokoh besar HMI.